"Inspirasi 60 Tahun Astra"
"Bagaimana kearifan lokal Yogyakarta menginspirasi kita untuk
menjaga budaya dan alam."
Kita tentu
sepakat bahwa bangsa yang besar dan beradab adalah bangsa yang bisa menghargai
kebudayaan yang dimiliki bangsanya sendiri. Berasal dari kebudayaan
seperti kesenian dan adat
istiadat kita bisa mengenal indentitas diri sebagai bangsa yang besar, Bangsa Indonesia bisa mengenal indentitas diri dari peninggalan budaya
karena budaya tersebut sebagai saksi sejarah yang tidak bisa dipungkiri. Melalui budaya, kita
punya bukti sebagai bangsa yang beradab di masa lalu. Budaya juga merupakan
gambaran martabat dari kejayaan bangsa di zaman dahulu.
![]() |
Tradisi Rasulan |
Dengan adanya kantong-kantong budaya daerah di negara kita ini, maka tidak akan hilang
begitu saja apa yang menjadi jati diri bangsa ini. Negara lain telah mengklaim budaya Indonesia yaitu mereka
mengklaim tari pendet Bali ,angklung, reog Ponorogo, batik, Hombo Batu, dan
Tari Folaya. Pengklaiman budaya Indonesia oleh bangsa lain merupakan cambuk
bagi diri kita sendiri. Kecolongan budaya sebenarnya sebuah cermin atau
refleksi, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak
memperhatikannya. Selama ini kebudayaan dipinggirkan. Padahal Negara yang besar
membutuhkan ekstensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah senjata terbaik untuk
diplomasi internasional. Negara lain tahu mereka kekurangan budaya, mereka
pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan mereka menghargai budaya
untuk mencari keuntungan.
Kedepannya agar Indonesia tidak kecolongan lagi, kita harus perhatikan
kebudayaan kita sendiri. Kita majukan budaya kita supaya kita ada di depan,
munculkan budaya kita dalam upacara-upacara dan acara- acara.
Kita patut memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya
pada Desa Siyono Kidul yang terletak di kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sebuah Desa yang bernama Desa Siyono Kidul salah satu desa budaya di wilyah Yogyakarta yang melakukan berbagai kegiatan sebagai wujud untuk melestarikan budaya dan menghargai karya para pendahulu serta sebagai wujud
kecintaan untuk Indonesia.
Kabar baiknya untuk Desa Siyono mulai
tahun 2015 telah ditetapkan sebagai salah satu Rintisan Desa Budaya oleh Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Oleh karenanya berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pelestarian budaya rutin dilaksanakan. Lantas apa yang dilakukan Desa Siyono
Kidul?
Salah satu yang menjadi ikon Rintisan Desa Budaya adalah diadakannya budaya “Rasul” atau tradisi bersih desa. Budaya rasul Siyono Kidul adalah kegiatan masyarakat yang terdiri dari berbagai kegiatan yang berawal dari membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal seperti pekarangan, selokan air, tempat ibadah, jalan desa, bahkan tempat pemakaman. Selanjutnya diadakan kirab budaya mengelilingi desa dan puncaknya adalah tradisi kenduri di balai Padukuhan serta dilanjutkan pada malam harinya diadakan pertunjukan wayang kulit.
Tradisi rasul
atau bersih desa secara tidak langsung terbukti mampu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat desa siyono kidul. Contoh paling nyata adalah dengan diadakan
kegiatan kerja bakti di lingkungan desa membawa iklim gotong royong dan
menciptakan lingkungan yang bersih dan asri. Selain itu kegiatan kirab budaya atau
arak-arakan jalan bersama menampilkan berbagai potensi desa yang masih terjaga
dengan baik tanpa meninggalkan rasa Indonesia yang tergambar dari berbagai
atribut bernuansa merah putih.
Tradisi Rasul adalah tradisi turun
temurun sebagai wujud keharmonisan antara manusia dan alam, karena manusia dan
alam merupakan suatu kesatuan. Selain itu, juga sebagai wujud rasa syukur atas
karunia Tuhan baik dari hasil panen yang melimpah, kesehatan dan kesejahteraan.
Pada jaman modern seperti saat ini, alam seakan menjadi objek untuk meneruskan
kehidupan manusia. Misalnya, alam yang rusak dan sampah yang berserakan
dimana-mana, berakibat pada sering terjadinya bencana alam yang memakan banyak
korban jiwa. Disinilah diperlukan pemahaman dan kesadaran manusia tentang alam
tempat tinggalnya.
Masyarakat Jawa begitu menghargai alam
yang terbukti dengan adanya ritual Rasul sebagai bentuk atau perwujudan
penghormatan manusia terhadap alam. Hal ini dapat dibuktikan dengan mata
pencaharian masyarakat yang erat kaitannya dengan alam, katakan saja seperti
petani, pekebun, dan peternak mereka hidup dari alam. Para petani mengolah alam
untuk menghasilkan bahan makanan.
Ternyata Rasul dilaksanakannya
tidak sembarangan ditentukan, melainkan ada hari-hari tertentu dalam
penanggalan kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan ritual
bersih desa "Rasul". Kebetulan Ritual Rasul didesa kami jatuh pada
hari senin kliwon, timbul masalah jika upacara dilaksanakan pada hari senin
dikarenakan masyarakat sebagian bekerja sebagai pegawai kantoran, PNS dan
pekerjaan lain yang mengharuskan masuk di hari senin. untuk itu diambil jalan
keluar atau inovasi sebagian acara dilaksanakan pada hari minggu seperti tradisi kirab Rasul.
Tradisi Rasul tidak selalu
sama pada masing-masing daerah atau desa, karena memang leluhur yang membawa
tradisi tersebut berbeda pada setiap daerah. Sesajen (persembahan) dan
peralatan yang dipergunakan untuk melakukan upacara pun berbeda,
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di daerah masing-masing dan
kebutuhan akan hal tersebut yang memang berbeda-beda.
Tradisi Rasul tempat dilaksanakan setiap setahun sekali dan
terdiri dari beberapa tahapan, yakni biasanya diawali dengan kegiatan kerja
bakti membersihkan lingkungan yang dilaksanakan oleh seluruh warga masyarakat,
misalnya memperbaiki jalan atau gang-gang, membersihkan selokan, memperbaiki
pos ronda agar terlihat rapi dan bersih. Kemudian dilanjutkan dengan dengan
kirab budaya yang dilaksanakan hari minggu.
Kirab Budaya mengelilingi jalan disekitar desa dengan dipandu dan dipimpim dari aparat pemerintah desa menggunakan kendaraan produksi dari ASTRA semoga sesuai dengan semangat "Inspirasi 60 Tahun Astra"
Kirab budaya desa Siyono Kidul menampilkan berbagai potensi desa sebagai desa budaya yaitu diantaranya:
1. Kesenian Thoklik
Kesenian Thoklik adalah kesenian yang menampilkan bunyi yang terbuat dari kenthongan berbagai macam ukuran. Awalnya thoklik adalah kumpulan bunyi untuk menghalau mara bahaya di masa lalu. Kemudian dikemas menjadi sebuah kesenian yang menarik sampai sekarang
![]() |
Kesenian Thoklik |
2. Kesenian Doger
Kesenian Doger adalah Kesenian yang jamak dilakukan oleh masyarakat Jawa menggunakan properti Kuda Lumping atau kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu yang dimainkan 5-10 orang penari yang diiringi gamelan.
3. Pasukan Bergodo
Pasukan ini adalah gambaran pasukan perang dimasa lampau dimana masyarakat masih menggunakan senjata tombak dan pedang. Pasukan bergodo dulunya hanya dimiliki oleh kerajaan-kerajaan dan sekarang ditampilkan oleh masyarakat biasa sebagai tanda kecintaan terhadap perjuangan pendahulu yang mempertahankan tanah air Indonesia.
![]() |
Pasukan bergodo |
4. Tari Kreasi Baru
Tari ini dikembangkan oleh kaum perempuan yang peduli akan eksistensi kesenian tari tradisional yang sekarang makin tergerus oleh tarian modern yang lebih digemari oleh kaum wanita muda. Diharapkan dengan dibuat tari kreasi baru maka kaum wanita muda akan lebih tertarik dengan kesenian asli bangsa Indonesia.
![]() |
Tarian Kreasi Baru |
5. Gunungan
Gunungan adalah simbol wujud syukur masyarakat atas kekayaan alam dan hasil bumi yang melimpah
![]() |
Gunungan |
6. Keseninan Gejog Lesung
Kesenian Gejog Lesung adalah kesenian yang dimainkan dengan memukul Lesung (alat menumbuk padi) dengan irama tertentu. Dulunya lesung adalah alat utama mengolah padi menjadi beras dengan cara ditumbuk.
![]() |
Kesenian Gejog Lesung |
Sekarang Lesung sudah digantikan oleh alat yang lebih modern yaitu mesin giling padi, tetapi kesenian gejog lesung tetap eksis dimasyarakat siyono kidul.
Keesoakan harinya pada hari senin upacara adat yang dilaksanakan sebagai wujud syukur dan permohonan kepada Tuhan atas kesejahteraan dan kesehatan yang diberikan kepada warga desa. Para warga membawa sesaji yang dibawa dari rumah dan dibawa ke balai pedukuhan dengan diiringi pasukan bergodo.
Adapun sesaji dan kenduri yang menjadi bagian dari
kegiatan upacara adat ini yang akan dibagi kepada warga desa yang mengikuti
acara di balai padukuhan. Semua warga saling bergotong royong, seling membantu menyiapkan makanan yang akan dibagi.
![]() |
Nasi Kenduri |
Pada umumnya sesaji yang dipergunakan antara lain :
1.
Nasi Gurih, sebagai
persembahan kepada para leluhur
2.
Ingkung, sebagai lambang
manusia ketika masih bayi dan sebagai lambang kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
3.
Jajan Pasar, sebagai lambang
agar masyarakat mendapat berkah
4.
Pisang Raja, sebagai lambang
harapan agar mendapat kemuliaan dalam masa kehidupan
5.
Nasi Ambengan, sebagai
ungkapan syukur atas rejeki yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa
6.
Jenang, berupa jenang merah
putih (lambang bapak dan ibu) dan jenang palang (penolak marabahaya)
7.
Tumpeng, berupa tumpeng
lanang (lambang Yang Maha Agung) dan tumpeng wadon (lambang penghormatan kepada
leluhur) yang ukurannya lebih kecil
8.
Ketan Kolak Apem, untuk
memetri pada dhanyang yang ada di wilayah desa tersebut.
Puncak acara dari ritual bersih desa atau Rasul ini biasanya ditutup dengan acara pagelaran kesenian, seperti wayang kulit sebagai lambang kemakmuran agar terus bersemayam di desa.
![]() |
Pertunjukan Wayang Kulit |
Dalam masyarakat Jawa banyak
terdapat hal-hal yang masih berbau kejawen. Selain itu, dalam sejarah dan
pikiran masyarakat Jawa, kehidupan alam sekitar masyarakat sangat berpengaruh
dalam kehidupan sehari-hari. Alam sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat,
bahkan dalam hal mata pencaharian mereka. Salah satunya adalah ritual bersih
desa atau Rasul sebagai perwujudan rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha
Esa. Semoga Budaya yang ada di Desa Siyono Kidul dapat menginspirasi kita untuk menjaga budaya dan alam disekitar kita.
"Bagaimana kearifan lokal Yogyakarta menginspirasi kita untuk
menjaga budaya dan alam."
*Referensi:
- http://satu-indonesia.com/satuindonesiaberbagi
Facebook : Semangat Astra Terpadu
Instagram : @satu_indonesia
Twitter : @SATU_Indonesia
Artikel ini diikutsertakan pada SATU Indonesia Berbagi -
http://satu-indonesia.com/satuindonesiaberbagi/syarat-ketentuan#home
0 komentar:
Post a Comment